Meskipun tubuh fisiknya telah menjadi
seorang penganut agama Budha dan seorang biksu, namun hatinya masih
rindu akan dunia fana, terikat oleh nafsu keinginan. Sering menggunakan
minyak wangi untuk menggosok badannya, menggunakan air ramuan untuk
mandi, mementingkan keharuman dan kelembutan kulit tubuhnya, juga sangat
perhatian kepada alat-alat makan serta tempat tidur, hatinya tertutup
seluruhnya oleh materi, seperti rotan yang menjalar dan melilit di
seluruh tubuhnya, sesaat pun tidak bisa bebas.
Walaupun secara formal dia sudah menjadi
seorang biksu, sudah ditahbiskan, tetapi jika dilihat dari taraf dan
prilakunya dia masih seorang manusia biasa, manusia yang masih belum
menjadi biksu, pengertian terhadap jalan suci mencapai nirvana masih
sangat jauh sekali.
Ketika itu di
suatu tempat di negeri Moro ada seorang tokoh terhormat dia seorang
biksu yang memiliki perilaku luhur dan nama besar yang tersohor
dimana-mana dalam agama Budha, biksu yang baru dibaptis tersebut dengan
hati yang sangat hormat dan kagum pergi mengunjungi biksu yang tersohor
tersebut.
Biksu tersohor ini
bertanya kepada dia: "Apa perlunya Anda datang kemari dari tempat yang
begitu jauh?"
"Saya kemari karena
mengagumi nama Anda, berharap Anda berbelas kasih bisa memberikan
petunjuk-petunjuk penting dalam darma Budha."
Setelah biksu tersohor tersebut memeriksa
bakat dasar dari biksu baru ini, dia segera mengetahui bahwa biksu baru
tersebut masih mempunyai keterikatan cinta, masih belum bisa terlepas
dari keterikatan itu, dia lalu bertanya: "Apakah Anda bisa secara total
menuruti apa yang saya katakan, menerima bimbingan dari saya dan
melakukan apa saja menurutkan kemauan saya?"
"Saya pasti bisa, melakukan apa saja sesuai
dengan apa yang Anda perintahkan."
"Jika hati Anda sudah timbul keyakinan, maka saya lebih dulu
mengajarkan kuasa supernormal kepada Anda, kemudian baru mengajarkan
darma kepada Anda," Biksu tersohor itu berkata.
"Lebih dulu belajar kuasa supernormal,
bagus sekali!"
Karena itu biksu
tersohor tersebut mengajak dia masuk ke dalam gunung, mengajarkan dia
cara bermeditasi, serta meminta dia untuk menurut secara mutlak.
Biksu tersohor menggunakan kuasa
supernormal menjelma menjadi sebatang pohon besar dan berkata: "Anda
harus naik ke atas pohon besar ini!"
Karena itu biksu baru itu menuruti perintah biksu tersohor
naik ke atas pohon besar itu. Setelah di atas dia menengok ke bawah
terlihat olehnya di bawah sana ada sebuah kubangan besar yang sangat
dalam. Saat itu terdengar suara biksu tersohor itu berkata: "Lepaskanlah
kedua kaki Anda!"
Biksu baru itu
terpaksa melepaskan kedua kakinya, dia lalu diperintahkan melepaskan
satu tangannya, biksu baru itu juga menurut-kan perintah melepaskan satu
tangannya. Tetapi ketika dia diperintahkan untuk melepaskan tangannya
yang hanya tersisa satu, dia menjadi sangat ketakutan lalu berkata:
"Jika melepaskan lagi tangan yang tersisa, saya pasti akan terjun ke
dalam kubangan dan tewas!"
"Anda
sudah membuat janji dengan saya, akan melakukan segalanya menuruti
perintah dari saya, mengapa Anda sekarang menyesal?"
Tiada cara lain bagi biksu baru itu, dia
terpaksa berat hati terjun ke dalam kubangan yang dalam dan gelap. Saat
itu dia sangat ketakutan bagai arwah melayang dan jiwa terburai, sekujur
tubuhnya berkeringat dingin, dia membuka mata untuk melihat, pohon dan
kubangannya telah hilang.
Kemudian
biksu tersohor mulai mengajarkan darma kepadanya: "Sekarang saya
bertanya, ketika Anda melepaskan satu tangan yang terakhir dan meluncur
ke bawah, apakah Anda merasakan dalam dunia fana masih ada yang Anda
inginkan?"
"Biksu terhormat,
ketika tiba saat yang menentukan hidup dan mati, segala sesuatunya sudah
tidak ada lagi yang diinginkan."
"Benar,
segala sesuatu dalam dunia fana, semua terutama adalah khayalan belaka,
ketika tubuh jasad Anda buyar, beserta itu segala cinta juga menjadi
buyar, jika Anda bisa menyadari tubuh jasad manusia yang tidak menentu
ini, maka keterikatan cinta yang melilit di tubuh Anda, juga menyertai
tubuh jasad terlepas dari keterikatan itu. Cinta adalah sumber dari
segala kerisauan hati tentang hidup dan mati, harus hati-hati
menghalaunya, gigih maju dalam kultivasi, jangan kehilangan tekad awal,
akan mencapai kesempurnaan."
Setelah
mendengarkan darma, biksu baru tersebut segera tersadarkan, sejak saat
itu dia teliti dalam pemikiran, rajin dan gigih maju dalam kultivasi,
akhirnya menda-patkan buah status Arhat.
Kebenaran dan kepalsuan, kesemuan dan kenyataan dalam dunia
fana ini, hanya karena sepasang mata fisik kita tidak bisa membedakannya
dengan tepat, seringkali menganggap kesemuan sebagai kenyataan, tamak
akan kegembiraan sesaat, karena beda pikiran sekilas akibatnya adalah
terjerumus ke dalam jurang yang tidak ada dasarnya. (Guo Zhen/The
Epoch Times/lin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar